Minggu, 22 September 2013

seks

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENDIDIKAN SEKSUAL DI SMK NEGERI 2 GUNUNGSITOLI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dilihat dari segi penduduk 73,4% sebagian penduduk di dunia adalah remaja.Indonesia menempati urutan nomor 5 di dunia dalam hal jumlah penduduk, dengan remaja sebagai bagian dari penduduk yang ada. Propinsi Jawa Timur pada tahun 2004 dihuni oleh 6,654 juta jiwa dengan jumlah remaja usia 16-19 tahun sebanyak 652.322 jiwa (Hasil Sensus BPS Surabaya, 2004).
Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang sering disebut sebagai masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Pada tahap ini remaja akan mengalami suatu perubahan fisik, emosional dan sosial sebagai ciri dalam masa pubertas. Tetapi umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan (psikososial).
Masa permulaan pubertas pada anak perempuan biasanya terjadi antara usia 10 sampai 14 tetapi bisa lebih awal (pubertas dini) atau terlambat, tergantung dengan faktor-faktor genetik individu. Masa pubertas berlangsung selama kira-kira lima tahun dan sebagaimana terjadi pada anak laki-laki, diawali dengan pelepasan hormon-hormon dari kelenjar pituitary yang kemudian bertindak secara langsung pada organ-organ seksual. Kejadian yang paling dramatis bagi para anak perempuan adalah masa awal menstruasi (menarche) sebagai respon untuk produksi dan pelepasan hormon-hormon perempuan tersebut, estrogen dan progesteron. Indung telur matang dan mulai melepaskan telur-telur dan uterus membesar, bersamaan dengan perkembangan dan kedewasaan organ-organ kemaluan. Masa pertumbuhan yang cepat yang menghasilkan tinggi dan berat menyertai perubahan-perubahan tersebut. Kedua pinggul melebar dan pola pendistribusian lemak berubah untuk memproduksi bentuk tubuh perempuan yang karakteristik. Juga karakteristik-karakteristik seksual sekunder berkembang sebagai kelanjutan-kelanjutan pubertas, terutama pembesaran kedua payudara, pertumbuhan bulu-bulu kelamin dan ketiak serta perkembangan kelenjar-kelenjar keringat.
Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan remaja putri tentang pendidikan seksual di SMK Negeri 2 Gunungsitoli. Oleh karena minimnya pengetahuan atau edukasi tentang seks baik secara formal ataupun secara non formal sehingga peneliti mengambil topik tentang “Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Pendidikan Seksual di SMK Negeri 2 Gunungsitoli”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Batasan peneliti dalam penelitian pengetahuan remaja tentang pendidikan seksual di SMK Negeri 2 Gunungsitoli yaitu mengenai pengetahuan remaja tentang pemahaman pendidikan seksual dan hasilnya banyak yang belum memahami masalah pendidikan seksual.
Berdasarkan batasan masalah dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada umumnya remaja belajar tentang pendidikan seksual dari ibunya, tetapi tidak semua ibu memberikan informasi yang jelas tentang pendidikan seksual, sehingga remaja putri dapat mengembangkan sikap negatif tentang pendidikan seksual.
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :“Bagaimana pengetahuan remaja tentang pendidikan seksual di SMK Negeri 2 Gunungsitoli”.


C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang pendidikan seksual di SMK Negeri 2 Gunungsitoli.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi tempat penelitian
Sebagai masukan informasi bagi sekolah mengenai pengetahuan remaja putri tentang pendidikan seksual.
2. Bagi Institusi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswi jurusan d3 keperawatan.
3. Bagi Peneliti, praktis dan teoritis.
Dapat memberikan masukan hal-hal apa saja yang telah diteliti sehingga digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
4. Bagi Responden
Agar remaja di SMK Negeri 2 Gunungsitoli mendapat tambahan pengetahuan tentang pendidikan seksual .

 seks

seks

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENDIDIKAN SEKSUAL DI SMK NEGERI 2 GUNUNGSITOLI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dilihat dari segi penduduk 73,4% sebagian penduduk di dunia adalah remaja.Indonesia menempati urutan nomor 5 di dunia dalam hal jumlah penduduk, dengan remaja sebagai bagian dari penduduk yang ada. Propinsi Jawa Timur pada tahun 2004 dihuni oleh 6,654 juta jiwa dengan jumlah remaja usia 16-19 tahun sebanyak 652.322 jiwa (Hasil Sensus BPS Surabaya, 2004).
Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang sering disebut sebagai masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Pada tahap ini remaja akan mengalami suatu perubahan fisik, emosional dan sosial sebagai ciri dalam masa pubertas. Tetapi umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan (psikososial).
Masa permulaan pubertas pada anak perempuan biasanya terjadi antara usia 10 sampai 14 tetapi bisa lebih awal (pubertas dini) atau terlambat, tergantung dengan faktor-faktor genetik individu. Masa pubertas berlangsung selama kira-kira lima tahun dan sebagaimana terjadi pada anak laki-laki, diawali dengan pelepasan hormon-hormon dari kelenjar pituitary yang kemudian bertindak secara langsung pada organ-organ seksual. Kejadian yang paling dramatis bagi para anak perempuan adalah masa awal menstruasi (menarche) sebagai respon untuk produksi dan pelepasan hormon-hormon perempuan tersebut, estrogen dan progesteron. Indung telur matang dan mulai melepaskan telur-telur dan uterus membesar, bersamaan dengan perkembangan dan kedewasaan organ-organ kemaluan. Masa pertumbuhan yang cepat yang menghasilkan tinggi dan berat menyertai perubahan-perubahan tersebut. Kedua pinggul melebar dan pola pendistribusian lemak berubah untuk memproduksi bentuk tubuh perempuan yang karakteristik. Juga karakteristik-karakteristik seksual sekunder berkembang sebagai kelanjutan-kelanjutan pubertas, terutama pembesaran kedua payudara, pertumbuhan bulu-bulu kelamin dan ketiak serta perkembangan kelenjar-kelenjar keringat.
Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan remaja putri tentang pendidikan seksual di SMK Negeri 2 Gunungsitoli. Oleh karena minimnya pengetahuan atau edukasi tentang seks baik secara formal ataupun secara non formal sehingga peneliti mengambil topik tentang “Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Pendidikan Seksual di SMK Negeri 2 Gunungsitoli”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Batasan peneliti dalam penelitian pengetahuan remaja tentang pendidikan seksual di SMK Negeri 2 Gunungsitoli yaitu mengenai pengetahuan remaja tentang pemahaman pendidikan seksual dan hasilnya banyak yang belum memahami masalah pendidikan seksual.
Berdasarkan batasan masalah dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada umumnya remaja belajar tentang pendidikan seksual dari ibunya, tetapi tidak semua ibu memberikan informasi yang jelas tentang pendidikan seksual, sehingga remaja putri dapat mengembangkan sikap negatif tentang pendidikan seksual.
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :“Bagaimana pengetahuan remaja tentang pendidikan seksual di SMK Negeri 2 Gunungsitoli”.


C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang pendidikan seksual di SMK Negeri 2 Gunungsitoli.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi tempat penelitian
Sebagai masukan informasi bagi sekolah mengenai pengetahuan remaja putri tentang pendidikan seksual.
2. Bagi Institusi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswi jurusan d3 keperawatan.
3. Bagi Peneliti, praktis dan teoritis.
Dapat memberikan masukan hal-hal apa saja yang telah diteliti sehingga digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
4. Bagi Responden
Agar remaja di SMK Negeri 2 Gunungsitoli mendapat tambahan pengetahuan tentang pendidikan seksual .

KECEMASAN SMK


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Kecemasan merupakan respon emosional dengan bermacam perasaan tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh hal yang tidak pasti atau objek yang tidak jelas (Stuart & Sundeen, 1999). Respon yang muncul dari kecemasan bermacam-macam, mulai dari cemas kehilangan, ketakutan yang tidak beralasan, hingga perilaku yang berbeda. Perubahan dan tantangan timbul demikian cepat sehingga penyesuaian diri individu lebih sering mengalami ketidakseimbangan yang membuatnya cemas, sedih atau gelisah dan tidak bisa tidur, yang dipicu oleh ketakutan.
Rasa takut yang normal merupakan reaksi normal terhadap situasi nyata yang mengancam seseorang. Kecemasan dianggap abnormal jika kecemasan itu terjadi didalam situasi yang dapat diatasi dengan sedikit kesulitan, artinya jika kebanyakan orang dapat mengatasi suatu kesulitan yang sama dengan lebih mudah, sedangkan seseorang mungkin merasakan kesulitan itu sebagai masalah yang sangat besar yang dirasa membuat dirinya tidak mampu mengatasinya, maka kecemasan yang dialami orang itu adalah kecemasan yang abnormal (Rusman, 1998). 


Kecemasan dapat timbul dengan intensitas yang berbeda-beda, tingkatan ini terbagi menjadi kecemasan ringan, sedang, berat hingga menimbulkan kepanikan dari individu itu sendiri, terkadang dapat menimbulkan halangan untuk melakukan suatu pekerjaan (Suprajitno, 2004).  Kecemasan menunjuk kepada keadaan emosi yang menentang atau tidak menyenangkan yang meliputi interpretasi subyektif atau rangsangan fisiologis (misal bernafas lebih cepat, jantung berdebar-debar, berkeringat dingin) (Cattel & Scheier, 1961). Spielberger (1972) dalam Rusman (1998), menyatakan bahwa kecemasan merupakan state anxiety atau trait anxietyState anxiety adalah reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi tertentu, yang dirasakan sebagai suaru ancaman, sedangkan trait anxiety adalah ciri atau sifat seseorang yang cukup stabil yang mengarahkan seseorang untuk menginterpretasikan suatu keadaan sebagai ancaman.

Kecemasan merupakan konflik emosional antara id dan super ego yang berfungsi untuk memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi. Kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya. Kecemasan merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Keliat, 1998).

Kecemasan merupakan keadaan yang tidak dapat dijelaskan. Secara umum faktor yang terkait meliputi ancaman integritas diri meliputi ketidakmampuan fisiologi atau gangguan terhadap kebutuhan dasar dan ancaman sistem diri antara lain ancaman terhadap identitas diri harga diri dan hubungan interpersonal (Keliat, 1998).

Kecemasan dapat dialami oleh siapa saja tanpa memandang umur. Sebagai contoh adalah kecemasan yang dialami oleh siswa sekolah yang akan menghadapi ujian kelulusan. Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) menerapkan beberapa tahapan ujian untuk meluluskan siswa dari suatu sekolah. Ujian yang dilaksanakan pada pertengahan tahun ajaran disebut sebagai Ujian Tengah Semester (UTS), sedangkan ujian yang dilaksanakan diakhir tahun ajaran. Bagi siswa kelas XII diadakan ujian yang dilaksanakan diakhir tahun ajaran dan merupakan penentuan bagi siswa apakah lulus atau tidak. Pemerintah sedikit mengubah standar kelulusan untuk ujian nasional tahun ajaran 2006/2007. Selain kenaikan standar nilai rata-rata, terdapat dua alternatif standar kelulusan dalam ujian nasional tersebut. Alternatif pertama penilaian kelulusan pada UN 2007 menyangkut batas minimal nilai untuk setiap pelajaran yang diujikan.Jika pada UN 2006 standar minimal kelulusan 4,26, pada UN 2007 menjadi 4,25. Adapun nilai rata-rata untuk ketiga mata pelajaran tersebut minimal 5,0. Rata-rata nilai tersebut naik dari pelaksanaan UN 2006 yang mensyaratkan 4,50. Dalam penilaian alternatif pertama ini, peserta UN baru bisa dinyatakan lulus jika memperoleh nilai minimal (4,25) untuk setiap mata pelajaran yang diujikan. (http://www.kebumen.go.id/ modules.php?).

Berdasarkan laporan Dinas Pendidikan Nasional Jakarta tahun 2006, tercatat sebanyak 30% siswa SMA dinyatakan tidak lulus UN. Sementara data Dinas Pendidikan Propinsi Lampung, tercatat sebanyak 6% siswa SMA dinyatakan tidak lulus UN. Menurut catatan dari Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) I ZZZ, pada tahun 2006 tercatat sebanyak satu orang tidak lulus ujian dari 120 siswa (Laporan Pendidikan SMUN I ZZZ, 2006).
Berdasarkan presurvey peneliti pada bulan Desember 2006, di Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) I ZZZ, pada saat siswa kelas XII melaksanakan Ujian Tengah Semester (UTS), dari wawancara 10 orang, didapatkan bahwa 5 orang (50%) mengatakan cemas karena menghadapi ujian yang akibatnya mereka tidak bisa tidur nyenyak dikarenakan memikirkan kalau tidak lulus ujian, seperti kakak kelas mereka yang tidak lulus ujian, sedangkan 3 orang (30%) mengatakan takut menghadapi ujian, mereka menjadi tidak nafsu makan karena terus membayangkan berapa nilai mereka. Sebanyak 2 orang (20%) mengatakan bahwa mereka merasakan takut kalau mereka tidak lulus ujian dan takut akan mengulang pada tahun depan.

Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik untuk meneliti Gambaran Tingkat Kecemasan Yang Dialami Siswa kelas XII ZZZ.

1.
1.3  Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah gambaran tingkat kecemasan yang dialami siswa kelas XII”.

1.4  Tujuan Penelitian
1.4.1        Tujuan Umum
Mengetahui gambaran tingkat kecemasan yang dialami siswa kelas XII ZZZ.
1.4.2        Tujuan Khusus
1.4.2.1  Mengetahui jumlah siswa kelas XII SMK 2 GUNUNGSITOLI yang mengalami kecemasan ringan, sedang, berat dan panik dalam respon fisiologi dalam menghadapi UN tahun 2014.
1.4.2.2  Mengetahui jumlah siswa kelas XII SMK 2 GUNUNGSITOLI yang mengalami kecemasan ringan, sedang, berat dan panik dalam respon kognitif dalam menghadapi UN tahun 2007.
1.4.2.3  Mengetahui jumlah siswa kelas XII SMK 2 GNUNGSITOLI yang mengalami kecemasan ringan, sedang, berat dan panik dalam respon perilaku dan emosi dalam menghadapi UN tahun 2014.

1.5  Manfaat Penelitian
1.5.1        Bagi SMUN I ZZZ
Sebagai masukan bagi SMK NEGERI 2 GUNUNGSITOLI tentang adanya kecemasan yang dialami oleh siswa kelas XII ketika menghadapi UN.
1.5.2        Bagi Institusi Pendidikan Program Studi Keperawatan ZZZ
Merupakan bahan bacaan dan perbandingan bagi peneliti untuk mengembangkan penelitian yang lebih luas.
1.5.3        Bagi Peneliti
Sebagai aplikasi dari ilmu yang telah didapatkan dalam rangka melakukan riset keperawatan

GAMBARAN PENEGTAHUAN REMAJA


GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENGARUH ROKOK TERHADAP KESEHATAN PADA PELAJAR SMK NEGERI 2 GUNUNGSITOLI KELAS II

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Negara maju seperti Amerika Serikat kebiasaan merokok ada kecenderungan menurun, karena sejak beberapa tahun lalu di negara tersebut telah ada gerakan yang menyatakan bahwa merokok merupakan perilaku buruk, tidak berpendidikan, lain halnya di negara berkembang ada kecenderungan meningkat untuk merokok. Dewasa ini di negara berkembang telah menjadi sasaran reklame rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat dalam kebiasaan merokok (Departemen Kesehatan RI, 1992).
Laporan (World Health Organization) WHO juga menyebutkan jumlah perokok meningkat 2,1% pertahun di negara berkembang. Negara maju angka ini menurun sekitar 1,1 % pertahun. Penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa 64,8% pria dan 9,8% wanita dengan usia diatas 13 tahun adalah perokok. Bahkan pada kelompok remaja, 49% pelajar pria dan 8,8% pelajar wanita di Jakarta sudah merokok (www.kompas.com, 2003).
Mengacu pada data Bank Dunia pada tahun 1999 perolehan cukai rokok di Indonesia hanya Rp 2,6 triliun dan kerugian masyarakat akibat rokok mencapai sekitar Rp 14,5 triliun yaitu berupa beban biaya pengobatan, kecacatan dan penurunan produktivitas. Aspek perilaku merokok di Indonesia jauh melampaui perilaku kesehatan masyarakat. Jadi dapat dikatakan masyarakat Indonesia lebih suka mengkonsumsi rokok dibandingkan dengan mengutamakan aspek kesehatan. Pernyataan ini didasarkan pada realitas bahwa belanja rokok di Indonesia mencapai Rp 100 triliun, sedangkan belanja obatnya hanya Rp 20 triliun. (www.republikonline. com, 2003).
Data dari rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa merokok menunjukkan faktor resiko pertama dan tertinggi bagi serangan jantung. Usia muda di bawah 40 tahun, merokok merupakan faktor resiko pertama bagi penyakit jantung koroner dan ditemukan pula bahwa sebagian besar (62-83%) yang terkena serangan jantung di bawah umur 40 tahun adalah perokok berat dan sedang (Dep.Kes. RI, 1992).
Berbagai penelitian tentang bahaya merokok sudah banyak dilakukan, diantaranya kebiasaan merokok mempengaruhi peningkatan kolesterol dan trigliserida secara bermakna dibandingkan dengan yang bukan perokok. Akhir-akhir ini beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara radikal bebas dengan terjadinya kanker yang disebabkan oleh rokok. (Bina Didik Tenaga Kesehatan, 2001). Asap rokok yang dihirup seorang perokok mengandung komponen gas dan partikel. Komponen gas terdiri dari karbon monoksida, karbon dioksida, hidrogen sianida, amoniak, oksida dari niterogen dan senyawa hidrokarbon. Adapun komponen partikel terdiri dari tar, nikotin, benzopiren, fenol, dan kadmium.
Umumnya fokus penelitian ditujukkan pada peranan nikotin dan karbon monoksida (CO). Kedua bahan ini, selain meningkatkan kebutuhan oksigen juga mengganggu suplai oksigen keotot jantung. Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah jantung. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung koroner, merokok juga berakibat buruk bagi pembuluh darah ke otak (www.kompas.com, 2003).
Banyak penelitian dilakukan, bahwa merokok mengganggu kesehatan tubuh. Merokok terutama dapat menimbulkan penyakit kardiovaskuler dan kanker, baik kanker paru-paru, oesophagus, laryng dan rongga mulut. Merokok juga dapat menimbulkan kelainan-kelainan rongga mulut, misalnya pada lidah, gusi, mukosa mulut, gigi dan langit-langit. Asap rokok mengandung komponen-komponen dan zat¬zat yang berbahaya bagi tubuh, seperti nikotin, tar dan karbon monoksida. (www.depkes.ri.com, 2004).
Kini makin banyak diteliti dan dilaporkan pengaruh buruk merokok pada ibu hamil, impotensi, menurunnya kekebalan tubuh, termasuk pada pengidap virus hepatitis, kanker saluran cerna dan lain-lain. Penurunan kekebalan tubuh pada perokok menjadi pencetus lebih mudahnya terlCena Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
Asap rokok rnerupakan polutan bagi manusia dan lingkun-an sekitarnya. Bukan hanya bagi kesehatan, merokok menimbulkan pula problem dibidang ekonomi. Sudut ekonomi kesehatan, menyatakan bahwa dampak penyakit yang timbul akibat merokok jelas akan menambah biaya yang dikeluarkan, baik bagi individu, keluarga, perusahaan bahkan negara (www.kompas.com, 2003).
Hasil pengamatan yang dilakukan di SMA Negeri 2 Metro selama 3 hari ternyata pada saat pulang sekolah terdapat siswa laki laki yang merokok. Data yang diperoleh tersebut sesuai dengan pernyataan bahwa yang menyebutkan bahwa pada kelompok remaja ada 49% pelajar pria dan pelajar wanita sudah merokok (www.kompas.com,2003).
Berdasarkan data di atas penulis ingin mengetahui pengetahuan siswa kelas II mengenai bahaya rokok di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Metro. Mengingat bahwa bahaya rokok sangat banyak dan fatal akibatnya apalagi bila sudah dimulai sejak usia dini.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka penulis membuat rumusan masalah "Bagaimana pengetahuan siswa kelas II mengenai bahaya rokok di SMA Negeri 2 Metro". 
C. Tujuan Penelitian 
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan siswa kelas II mengenai bahaya rokok di SMA Negeri 2 Metro.
2. Tujuan khusus
a. Diketahui pengetahuan siswa kelas II mengenai pengertian rokok
b. diketahui pengetahuan siswa kelas II mengenai zat-zat yang berbahaya dalam rokok.
c. Diketahui pengetahuan siswa kelas II mengenai bahaya rokok terhadap kesehatan
D. Ruang Lingkup
Penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian :
1. Jenis penelitian adalah deskriptif.
2. Objek penelitian adalah pengetahuan siswa kelas II Mengenai bahaya rokok di SMA Negeri 2 Metro.
3. Subjek penelitian adalah semua siswa kelas II di SMA Negeri 2 Metro 
4.Lokasi penelitian adalah SMA Negeri 2 Metro
5.Waktu penelitian dilaksanakan pada Mei 2008


E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat : 
a. Bagi Institusi Program Studi D3 keperawatan Sebagai sumber referensi pelajaran terutama yang berkaitan dengan bahaya rokok.
b. Bagi Siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan siswa mengenai bahaya rokok, agar siswa semakin mantap untuk menghindari rokok, karena bahaya rokok sangat banyak.
c. Bagi Institusi SMA Negeri 2 Metro
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan siswa mengenai bahaya rokok dengan mengadakan penyuluhan atau mengadakan extrakulikuler yang membahas tentang bahaya rokok.
d. Bagi PenelitiSebagai penerapan mata kuliah Metodologi Penelitian dan menambah pengalaman dalam penulisan KTI, Serta sebagai masukan pengetahuan tentang bahaya merokok

Minggu, 09 September 2012

untukMu peNjaGa haTiku


UntukMu Penjaga hatiQ

Ketika kutetapkan hati padamu, itu karena kuyakin kaulah yang terbaik di antara yang terbaik, meskipun banyak orang tak melihat bahkan merasakannya, tetapi aku, aku yakinkan diriku bahwa kaulah itu yang terbaik di antara yang terbaik.

Jika ditanyakan padaku mengapa aku begitu menyayangimu…??? aku hanya akan memberikanmu sebuah senyuman, tepukan di pundak atau rangkulan di pinggang. Bukan karena aku tak tahu mengapa, tetapi aku memang tak ingin mencari alasan mengapa, agar jangan sampai dengan alasan yang sama aku berhenti menyayangimu. Biarlah mengalir apa adanya rasa yang ada di hati, walau kau tak mendapatkan alasan yang tepat yang keluar dari bibirku, kau bisa menilai mengapa dari semua yang telah kulakukan untukmu, bahkan di saat terberat sekalipun.

Mungkin kau tak puas dengan semua itu, tetapi yakinlah bahwa ku telah meyakinkan diriku bahwa kaulah penjaga hatiku, sama seperti aku telah menjadi penjaga hatimu, biarlah kita saling menjaga agar hubungan ini terus terpelihara sampai kita menutup mata nanti.

Aku telah memilihmu dan aku pasti menerimamu, apapun yang terjadi yakinkanlah dirimu, bahwa aku tak akan berpaling darimu, dan ku berharap kaupun begitu padaku, karena kita saling membutuhkan, saling menyayangi dan saling melengkap.

Jumat, 31 Agustus 2012

askep SEPSIS NEONATORUM


BAB I
TINJAUAN TEORITIS
A.    DEFENISI
Sepsis adalah sindrome yang di karakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah, yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. (Marilynn E. Doenges, 1999).

Sepsis adalah bakteri umum pada aliran darah. (Donna L. Wong, 2003).
Sepsis neonatorum atau septikemia neonatal didefinisi sebagai infeksi bakteri pada aliran darah bayi selama empat minggu pertama kehidupan. (Bobak, 2004). Sepsis adalah infeksi bakteri generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. (Mary E. Muscari, 2005).

Neonatus sangat rentan karena respon imun yang belum sempurna. Angka mortalitas telah berkurang tapi insidennya tidak. Faktor resiko antara lain, prematuritas, prosedur invasif, penggunaan steroid untuk masalah paru kronis, dan pajanan nosokomial terhadap patogen. Antibodi dalam kolostrum sangant efeektif melawan bakteri gram negatif, oleh sebab itu, menyusui ASI memberi manfaat perlindungan terhadap infeksi.

B.     ETIOLOGI
Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri :
1.      Bakteri escherichia koli
2.      Streptococus group B
3.      Stophylococus aureus
4.      Enterococus
5.      Listeria monocytogenes
6.      Klepsiella

C.     PATOFISIOLOGI
Berespon menghasilkan panas tubuh
 
Gangguan pola nafas tidak efektis
 
Fungsi tidak optimal
 
Bayi akan sesak
 
G3 sirkulasi O2 co2
 
Erirtosit banyak dilisis
 
 Muntah, Diare malas menghisap
 
System gastrointestinal
 
Organ pernapasan
 
Organ hati
 
Keseluruhan tubuh janin hipotalamus
 
Resiko infeksi
 
meningitis,oesteomelitis
 
Infeksi / kuman menyebar
 
Terjadi infeksi awal
 
Masuk kedalam tubuh janin
 
Melalui air ketuban
 
Infeksi pada ibu
 
bakteri
 























                                                                                                                                                                             
 


D.    MANIFESTASI KLINIS
Menurut Arief, 2008, manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah sebagai berikut :
1.      Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema
2.      Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
3.      Saluran nafas: apnoe, dispnue(< 30x/menit), takipnae(>60x/menit), retraksi, nafas cuping hidung, merintih, sianosis
4.      Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi(> 160x/menit), bradikardi(< 100x/menit)
5.      Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol
6.      Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdaraha.
7.      Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembung
8.      Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya:
9.      Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar
10.  Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun
11.  Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena
12.  Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangat
13.  Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare berdarah.

E.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air kemih, jika diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.
2.      Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan kultur urin :
a.       Leukositosis (>34.000×109/L)
b.      Leukopenia (< 4.000x 109/L)
c.       Netrofil muda 10%
d.      Perbandingan netrofil immature(stab) dibanding total (stb+segmen)atau I/T ratio >0,2
e.       Trombositopenia (< 100.000 x 109/L)
f.       CRP >10mg /dl atau 2 SD dari normal


Factor-faktor pada masa hematologi :
·         Peningkatan kerentaan kapiler
·         Peningkatan kecenderungan perdarahan(kadar protrombin plasma rendah)
·         Perlambatan perkembangansel-sel darah merah
·         Peningkatan hemolisis
·         Kehilangan darah akibat uji  laboratorium yang sering dilakukan

F.     PENATALAKSANAAN
1)      Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v  (dibagi 2 dosis untuk neonatus umur < 7 hari, untuk neonatus umur > 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu pemberian ? sampai 1 jam pelan-pelan).
2)      Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine, lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).
3)      Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
4)      Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.
5)      Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus). Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal 21 hari.
6)      Pengobatan suportif meliputi :
Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi syok, koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah, plasma, trombosit, terapi kejang, transfusi tukar.
G.    KOMPLIKASI
1.      Kelainan bawaan jantung,paru,dan organ-organ yang lainnya
2.      Sepsis berat : sepsis disertai hipotensi dan disfungsi organ tunggal
3.      Syok sepsis : sepsis berat disertai hipotensi\
4.      Sindroma disfungsi multiorgan (MODS)
5.      Perdarahan
6.      Demam yang terjadi pada ibu
7.      Infeksi pada uterus atau plasenta
8.      Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
9.      Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)
10.  roses kelahiran yang lama dan sulit
H.    PENCEGAHAN
a.       Pada masa Antenatal  :
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.
b.      Pada masa Persalinan :
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.
c.       Pada masa pasca Persalinan :
Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.









BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
1.      PENGKAJIAN
2.      Aktivitas/istirahat
Gejala: malaise
3.      Sirkulasi
Tanda: tekanan darah normal/sedikit dibawah jangkauan normal denyut perifer kuat,cepat,takikardia (syok).
4.      Eliminasi
Gejala: diare
5.      Makanan dan Minuman
Gejala: anoreksia, mual, munta
6.      Neurosensori
Gejala: Sakit kepala, pusing, pingsan
Tanda: gelisah, ketakutan
7.      Nyeri / Keamanan
Gejala: abdomiral
8.      Pernafasan
Gejala: tacipnea, infeksi paru, penyakit vital
Tanda: Suhu naik( 39,95OC) kadang abnormal dibawah 39,95OC
9.      Seksualitas
Gejala:  puripus perineal
Tanda: magerasi vulvaa – pengeringan vaginal purulen
10.  Penyuluhan Pembelajaraan
Gejala: masalah kesehatan kronis riwaayat selenektomi penggunaan antibiaotik

2.      DIAGNOSA

       I.            Resiko tinggi terhadap infeksi (progesi dari sepsis ke syok sepsis) berdasarkan prosedur invasif, pemajanan lingkungan (nasokomial).
Intervensi :
1)      Berikan isolasi/pantau pengunjung sesuai indikasi
2)      Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukaan aktivitas walaupun menggunakan sarung tangan steril.
3)      Dorong penggantian posisi , nafas dalama/ batuk.
4)      Batasi penggunaan alat/prosedur invasif jika memungkinkan
5)      Pantau kecendrungan suhu




Rasional :
1)      Isolasi luka linen dan mencuci tangan adalah yang dibutuhkan untuk mengalirkan luka, sementar pengunjung untuk menguranagi kemungkinan infeksi.
2)      Mengurangi kontaminasi ulang.
3)      Bersihkan paru yang baaik untuk mencegah pnemoniaa
4)      Mencegah penyebaran infeksi melalui proplet udaraa.
5)      Demam ( 38,5OC- 40OC) disebabkan oleh efek dari endotoksinhipotalkus dan endofrin yang melepaskan pirogen.


    II.            Hipertermia berdasarkan peningkatan tingkat metabolisme, penyakit dehidrasi, efek langsung dari sirkulasiedotoksia pada hipotalamus perubahan pada reguasi temperataif.
Intervensi :
1)      Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil / diaporesis.
2)      Pantau suhu linkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur, sesuai indikasi.
3)      Berikan kompres hangat.
Rasional :
1)      Suhu  38,9OC- 41,1OC menunjukakana proses penyakit infeksius akut.
2)      Suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankana sushu mendekati normala.
3)      Dapat membantu mengurangi demam.



 III.            Kekurangan volume cairan berdasaarkan peningkataaan jelas padaa vasodilatif maatif/ kompurtmen vaskuler dan permeabilitas kapiler/kebocvoran cairan kedalam lokasi interstisial (ruang ketiga)
Intervensi :
1)      Ukur / kadar urine dan berat jenis datat ketidaak seimbangan masukan dan keluaraan kumulatif dihubungkan dengan berat badan setiapa hari, dorong masukan cairan oral sesuai toleransi.
2)      Palpasi denyut peripher
3)      Kaji membran mukosaa kering, turgor kulit yang kurang baik, dan rasa haaus.
4)      Amat odema dependem/ periper pada skrotum, punggung kaki.
Rasional :
1)      Pengurangan dalam sirkulasi volume cairan dapat mengurangi tekanan darh.
2)      Denyut yang lemah, mudah hilang dapat menyebabkan hipovolemia.
3)      Hipovomelemia/cairan ruang ketiga akan memperkuat tanda tanda dehidrasi.
4)      Kehilangan cairan dari komparlemen vaskuler kedalam ruangaan intersilikal akan menyebabkan edema jaringan.








BAB III
KESIMPULAN
A.    KESIMPULAN
Sepsis neonatal adalah merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur, dan protozoa dapat menyebabkan sepsis bayi baru lahir. (DEPKES 2007)
a)      Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.
b)      Proses patofisiologi sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik.
c)      Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium
d)     perubahan ambilan dan penggunaan oksigen terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, complemen cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminatedintravaskular coagulation (DIC) dan kematian.( Bobak, 2004).
B.     SARAN
a)     Meningkatkan mutu pelayan kesehatan
b)     Meningkatkan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
c)     Meningkatkan pofesionalitas kerja perawat.



DAFTAR PUSTAKA

v  Carpenito, LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktek Klinis, Edisi 6. Jakarta : EGC.
v  Doengoes, dkk. 1999 .Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta :EGC
v  Harianto, Agus. 2008. Sepsis Neonatorum. Akses internet di http://www.pediatrik.com/artikel/sepsis-neonatorium
v  Novriani, Erni. 2008. Sepsis Neonatorum. Akses Internet di http://cemolgadis-melayu.blogspot.com/2008/12/kepanak-sepsis.htm
v  Berkow & Beers. 1997. Neonatal Problems : Sepsis Neonatorum. Akses internet dihttp://debussy.hon.ch/cgi-bin/find?1+submit+sepsis_neonatorum
v  Nelson, Ilmu Kesehatan Anak ed.15 vol.I.1999.EGC:Jakarta
v  Bobak,keperawatn maternitas ed.4.2004.EGC:Jakarta











DAFTAR ISI
BAB I  : TINJAUAN TEORITIS
1.      DEFENISI
2.      ETIOLOGI
3.      PATOFISIOLOGI
4.      MANIFESTASI KLINIS
5.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
6.      PENATALAKSANAAN
7.      KOMPLIKASI
8.      PENCEGAHAN
BAB II : ASUHAN KEPERAWATA
1.      PENGKAJIAN
2.      DIAGNOSA
3.      INTERVESI
4.      RASIONAL
5.      EVALUASI
BAB III: KESIMPULAN
1.      KESIMPULAN
2.      SARAN
DAFTAR ISI


ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.DENGAN GANGGUAN SEPSIS NEONATORUM
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
1.      MINTARIA NAIBAHO
2.      KASIRIA NDRURU
3.      RAJA YUNUS SINAGA
4.      WARISMAN NDRURU




AKADEMI KEPERAWATAN RSU HERNA MEDAN
T/A 2012/2013BAB I
TINJAUAN TEORITIS
A.    DEFENISI
Sepsis adalah sindrome yang di karakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah, yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. (Marilynn E. Doenges, 1999).

Sepsis adalah bakteri umum pada aliran darah. (Donna L. Wong, 2003).
Sepsis neonatorum atau septikemia neonatal didefinisi sebagai infeksi bakteri pada aliran darah bayi selama empat minggu pertama kehidupan. (Bobak, 2004). Sepsis adalah infeksi bakteri generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. (Mary E. Muscari, 2005).

Neonatus sangat rentan karena respon imun yang belum sempurna. Angka mortalitas telah berkurang tapi insidennya tidak. Faktor resiko antara lain, prematuritas, prosedur invasif, penggunaan steroid untuk masalah paru kronis, dan pajanan nosokomial terhadap patogen. Antibodi dalam kolostrum sangant efeektif melawan bakteri gram negatif, oleh sebab itu, menyusui ASI memberi manfaat perlindungan terhadap infeksi.

B.     ETIOLOGI
Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri :
1.      Bakteri escherichia koli
2.      Streptococus group B
3.      Stophylococus aureus
4.      Enterococus
5.      Listeria monocytogenes
6.      Klepsiella

C.     PATOFISIOLOGI
Berespon menghasilkan panas tubuh
 
Gangguan pola nafas tidak efektis
 
Fungsi tidak optimal
 
Bayi akan sesak
 
G3 sirkulasi O2 co2
 
Erirtosit banyak dilisis
 
 Muntah, Diare malas menghisap
 
System gastrointestinal
 
Organ pernapasan
 
Organ hati
 
Keseluruhan tubuh janin hipotalamus
 
Resiko infeksi
 
meningitis,oesteomelitis
 
Infeksi / kuman menyebar
 
Terjadi infeksi awal
 
Masuk kedalam tubuh janin
 
Melalui air ketuban
 
Infeksi pada ibu
 
bakteri
 























                                                                                                                                                                             
 


D.    MANIFESTASI KLINIS
Menurut Arief, 2008, manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah sebagai berikut :
1.      Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema
2.      Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
3.      Saluran nafas: apnoe, dispnue(< 30x/menit), takipnae(>60x/menit), retraksi, nafas cuping hidung, merintih, sianosis
4.      Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi(> 160x/menit), bradikardi(< 100x/menit)
5.      Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol
6.      Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdaraha.
7.      Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembung
8.      Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya:
9.      Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar
10.  Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun
11.  Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena
12.  Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangat
13.  Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare berdarah.

E.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air kemih, jika diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.
2.      Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan kultur urin :
a.       Leukositosis (>34.000×109/L)
b.      Leukopenia (< 4.000x 109/L)
c.       Netrofil muda 10%
d.      Perbandingan netrofil immature(stab) dibanding total (stb+segmen)atau I/T ratio >0,2
e.       Trombositopenia (< 100.000 x 109/L)
f.       CRP >10mg /dl atau 2 SD dari normal


Factor-faktor pada masa hematologi :
·         Peningkatan kerentaan kapiler
·         Peningkatan kecenderungan perdarahan(kadar protrombin plasma rendah)
·         Perlambatan perkembangansel-sel darah merah
·         Peningkatan hemolisis
·         Kehilangan darah akibat uji  laboratorium yang sering dilakukan

F.     PENATALAKSANAAN
1)      Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v  (dibagi 2 dosis untuk neonatus umur < 7 hari, untuk neonatus umur > 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu pemberian ? sampai 1 jam pelan-pelan).
2)      Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine, lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).
3)      Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
4)      Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.
5)      Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus). Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal 21 hari.
6)      Pengobatan suportif meliputi :
Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi syok, koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah, plasma, trombosit, terapi kejang, transfusi tukar.
G.    KOMPLIKASI
1.      Kelainan bawaan jantung,paru,dan organ-organ yang lainnya
2.      Sepsis berat : sepsis disertai hipotensi dan disfungsi organ tunggal
3.      Syok sepsis : sepsis berat disertai hipotensi\
4.      Sindroma disfungsi multiorgan (MODS)
5.      Perdarahan
6.      Demam yang terjadi pada ibu
7.      Infeksi pada uterus atau plasenta
8.      Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
9.      Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)
10.  roses kelahiran yang lama dan sulit
H.    PENCEGAHAN
a.       Pada masa Antenatal  :
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.
b.      Pada masa Persalinan :
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.
c.       Pada masa pasca Persalinan :
Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.









BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
1.      PENGKAJIAN
2.      Aktivitas/istirahat
Gejala: malaise
3.      Sirkulasi
Tanda: tekanan darah normal/sedikit dibawah jangkauan normal denyut perifer kuat,cepat,takikardia (syok).
4.      Eliminasi
Gejala: diare
5.      Makanan dan Minuman
Gejala: anoreksia, mual, munta
6.      Neurosensori
Gejala: Sakit kepala, pusing, pingsan
Tanda: gelisah, ketakutan
7.      Nyeri / Keamanan
Gejala: abdomiral
8.      Pernafasan
Gejala: tacipnea, infeksi paru, penyakit vital
Tanda: Suhu naik( 39,95OC) kadang abnormal dibawah 39,95OC
9.      Seksualitas
Gejala:  puripus perineal
Tanda: magerasi vulvaa – pengeringan vaginal purulen
10.  Penyuluhan Pembelajaraan
Gejala: masalah kesehatan kronis riwaayat selenektomi penggunaan antibiaotik

2.      DIAGNOSA

       I.            Resiko tinggi terhadap infeksi (progesi dari sepsis ke syok sepsis) berdasarkan prosedur invasif, pemajanan lingkungan (nasokomial).
Intervensi :
1)      Berikan isolasi/pantau pengunjung sesuai indikasi
2)      Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukaan aktivitas walaupun menggunakan sarung tangan steril.
3)      Dorong penggantian posisi , nafas dalama/ batuk.
4)      Batasi penggunaan alat/prosedur invasif jika memungkinkan
5)      Pantau kecendrungan suhu




Rasional :
1)      Isolasi luka linen dan mencuci tangan adalah yang dibutuhkan untuk mengalirkan luka, sementar pengunjung untuk menguranagi kemungkinan infeksi.
2)      Mengurangi kontaminasi ulang.
3)      Bersihkan paru yang baaik untuk mencegah pnemoniaa
4)      Mencegah penyebaran infeksi melalui proplet udaraa.
5)      Demam ( 38,5OC- 40OC) disebabkan oleh efek dari endotoksinhipotalkus dan endofrin yang melepaskan pirogen.


    II.            Hipertermia berdasarkan peningkatan tingkat metabolisme, penyakit dehidrasi, efek langsung dari sirkulasiedotoksia pada hipotalamus perubahan pada reguasi temperataif.
Intervensi :
1)      Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil / diaporesis.
2)      Pantau suhu linkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur, sesuai indikasi.
3)      Berikan kompres hangat.
Rasional :
1)      Suhu  38,9OC- 41,1OC menunjukakana proses penyakit infeksius akut.
2)      Suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankana sushu mendekati normala.
3)      Dapat membantu mengurangi demam.



 III.            Kekurangan volume cairan berdasaarkan peningkataaan jelas padaa vasodilatif maatif/ kompurtmen vaskuler dan permeabilitas kapiler/kebocvoran cairan kedalam lokasi interstisial (ruang ketiga)
Intervensi :
1)      Ukur / kadar urine dan berat jenis datat ketidaak seimbangan masukan dan keluaraan kumulatif dihubungkan dengan berat badan setiapa hari, dorong masukan cairan oral sesuai toleransi.
2)      Palpasi denyut peripher
3)      Kaji membran mukosaa kering, turgor kulit yang kurang baik, dan rasa haaus.
4)      Amat odema dependem/ periper pada skrotum, punggung kaki.
Rasional :
1)      Pengurangan dalam sirkulasi volume cairan dapat mengurangi tekanan darh.
2)      Denyut yang lemah, mudah hilang dapat menyebabkan hipovolemia.
3)      Hipovomelemia/cairan ruang ketiga akan memperkuat tanda tanda dehidrasi.
4)      Kehilangan cairan dari komparlemen vaskuler kedalam ruangaan intersilikal akan menyebabkan edema jaringan.








BAB III
KESIMPULAN
A.    KESIMPULAN
Sepsis neonatal adalah merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur, dan protozoa dapat menyebabkan sepsis bayi baru lahir. (DEPKES 2007)
a)      Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.
b)      Proses patofisiologi sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik.
c)      Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium
d)     perubahan ambilan dan penggunaan oksigen terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, complemen cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminatedintravaskular coagulation (DIC) dan kematian.( Bobak, 2004).
B.     SARAN
a)     Meningkatkan mutu pelayan kesehatan
b)     Meningkatkan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
c)     Meningkatkan pofesionalitas kerja perawat.



DAFTAR PUSTAKA

v  Carpenito, LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktek Klinis, Edisi 6. Jakarta : EGC.
v  Doengoes, dkk. 1999 .Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta :EGC
v  Harianto, Agus. 2008. Sepsis Neonatorum. Akses internet di http://www.pediatrik.com/artikel/sepsis-neonatorium
v  Novriani, Erni. 2008. Sepsis Neonatorum. Akses Internet di http://cemolgadis-melayu.blogspot.com/2008/12/kepanak-sepsis.htm
v  Berkow & Beers. 1997. Neonatal Problems : Sepsis Neonatorum. Akses internet dihttp://debussy.hon.ch/cgi-bin/find?1+submit+sepsis_neonatorum
v  Nelson, Ilmu Kesehatan Anak ed.15 vol.I.1999.EGC:Jakarta
v  Bobak,keperawatn maternitas ed.4.2004.EGC:Jakarta











DAFTAR ISI
BAB I  : TINJAUAN TEORITIS
1.      DEFENISI
2.      ETIOLOGI
3.      PATOFISIOLOGI
4.      MANIFESTASI KLINIS
5.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
6.      PENATALAKSANAAN
7.      KOMPLIKASI
8.      PENCEGAHAN
BAB II : ASUHAN KEPERAWATA
1.      PENGKAJIAN
2.      DIAGNOSA
3.      INTERVESI
4.      RASIONAL
5.      EVALUASI
BAB III: KESIMPULAN
1.      KESIMPULAN
2.      SARAN
DAFTAR ISI


ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.DENGAN GANGGUAN SEPSIS NEONATORUM
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
1.      MINTARIA NAIBAHO
2.      KASIRIA NDRURU
3.      RAJA YUNUS SINAGA
4.      WARISMAN NDRURU




AKADEMI KEPERAWATAN RSU HERNA MEDAN
T/A 2012/2013