BAB
I
TINJAUAN
TEORITIS
A. DEFENISI
Sepsis adalah sindrome yang di
karakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah,
yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. (Marilynn E. Doenges,
1999).
Sepsis adalah bakteri umum pada aliran
darah. (Donna L. Wong, 2003).
Sepsis neonatorum atau septikemia neonatal didefinisi sebagai infeksi bakteri
pada aliran darah bayi selama empat minggu pertama kehidupan. (Bobak, 2004). Sepsis
adalah infeksi bakteri generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama
kehidupan. (Mary E. Muscari, 2005).
Neonatus sangat rentan karena respon
imun yang belum sempurna. Angka mortalitas telah berkurang tapi insidennya
tidak. Faktor resiko antara lain, prematuritas, prosedur invasif, penggunaan steroid
untuk masalah paru kronis, dan pajanan nosokomial terhadap patogen. Antibodi
dalam kolostrum sangant efeektif melawan bakteri gram negatif, oleh sebab itu,
menyusui ASI memberi manfaat perlindungan terhadap infeksi.
B.
ETIOLOGI
Penyebab neonatus sepsis/sepsis
neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau
jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri :
1. Bakteri escherichia koli
2. Streptococus group B
3. Stophylococus aureus
4. Enterococus
5. Listeria monocytogenes
6. Klepsiella
C. PATOFISIOLOGI
Berespon
menghasilkan panas tubuh
|
|
Gangguan pola nafas
tidak efektis
|
|
Muntah, Diare malas menghisap
|
|
Keseluruhan
tubuh janin hipotalamus
|
|
Masuk
kedalam tubuh janin
|
|
D.
MANIFESTASI
KLINIS
Menurut Arief, 2008, manifestasi klinis dari sepsis
neonatorum adalah sebagai berikut :
1.
Umum : panas
(hipertermi), malas minum, letargi, sklerema
2.
Saluran cerna:
distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
3.
Saluran nafas:
apnoe, dispnue(< 30x/menit), takipnae(>60x/menit), retraksi, nafas cuping
hidung, merintih, sianosis
4.
Sistem
kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi(>
160x/menit), bradikardi(< 100x/menit)
5.
Sistem syaraf pusat:
iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan tidak
teratur, ubun-ubun membonjol
6.
Hematologi: Ikterus,
splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdaraha.
7.
Gejala sepsis yang
terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap,
denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya
dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut
kembung
8.
Gejala dari sepsis
neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya:
9.
Infeksi pada tali
pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar
10.
Infeksi pada selaput
otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang, opistotonus (posisi
tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun
11.
Infeksi pada tulang
(osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau tungkai
yang terkena
12.
Infeksi pada
persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi yang
terkena teraba hangat
13.
Infeksi pada selaput
perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare berdarah.
E.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Pemeriksaan
mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air kemih, jika diduga suatu
meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.
2.
Bila sindroma klinis
mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara menyeluruh. Hal ini
termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan kultur urin :
a.
Leukositosis
(>34.000×109/L)
b.
Leukopenia (<
4.000x 109/L)
c.
Netrofil muda 10%
d.
Perbandingan
netrofil immature(stab) dibanding total (stb+segmen)atau I/T ratio >0,2
e.
Trombositopenia
(< 100.000 x 109/L)
f.
CRP >10mg /dl
atau 2 SD dari normal
Factor-faktor pada masa hematologi :
·
Peningkatan
kerentaan kapiler
·
Peningkatan
kecenderungan perdarahan(kadar protrombin plasma rendah)
·
Perlambatan
perkembangansel-sel darah merah
·
Peningkatan
hemolisis
·
Kehilangan darah
akibat uji laboratorium yang sering dilakukan
F.
PENATALAKSANAAN
1)
Diberikan kombinasi
antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v (dibagi 2
dosis untuk neonatus umur < 7 hari, untuk neonatus umur > 7 hari dibagi 3
dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v
dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain
bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu pemberian ? sampai 1 jam
pelan-pelan).
2)
Dilakukan septic
work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine, lengkap, feses
lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi),
pungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia,
pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).
3)
Pemeriksaan lain
tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas
darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
4)
Apabila gejala
klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan darah dan CRP
normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.
5)
Apabila gejala
klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP tetap
abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau
Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15
mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus). Pemberian antibiotika
diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian antibiotika 10-14
hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal 21 hari.
6)
Pengobatan suportif
meliputi :
Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi
syok, koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi
darah, plasma, trombosit, terapi kejang, transfusi tukar.
G.
KOMPLIKASI
1.
Kelainan bawaan
jantung,paru,dan organ-organ yang lainnya
2.
Sepsis berat :
sepsis disertai hipotensi dan disfungsi organ tunggal
3.
Syok sepsis : sepsis
berat disertai hipotensi\
4.
Sindroma disfungsi
multiorgan (MODS)
5.
Perdarahan
6.
Demam yang terjadi
pada ibu
7.
Infeksi pada uterus
atau plasenta
8.
Ketuban pecah dini
(sebelum 37 minggu kehamilan)
9.
Ketuban pecah
terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)
10.
roses kelahiran yang
lama dan sulit
H.
PENCEGAHAN
a.
Pada masa Antenatal
:
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu
secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita
ibu, asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat
menurunkan kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.
b.
Pada masa Persalinan
:
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.
c.
Pada masa pasca
Persalinan :
Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya,
jaga lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.
BAB
II
ASUHAN
KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN
2.
Aktivitas/istirahat
Gejala: malaise
3.
Sirkulasi
Tanda: tekanan darah normal/sedikit dibawah jangkauan
normal denyut perifer kuat,cepat,takikardia (syok).
4.
Eliminasi
Gejala: diare
5.
Makanan dan Minuman
Gejala: anoreksia, mual, munta
6.
Neurosensori
Gejala: Sakit kepala, pusing, pingsan
Tanda: gelisah, ketakutan
7.
Nyeri / Keamanan
Gejala: abdomiral
8.
Pernafasan
Gejala: tacipnea, infeksi paru, penyakit vital
Tanda: Suhu naik( 39,95OC) kadang abnormal dibawah 39,95OC
9.
Seksualitas
Gejala: puripus perineal
Tanda: magerasi vulvaa – pengeringan vaginal purulen
10.
Penyuluhan
Pembelajaraan
Gejala: masalah kesehatan kronis riwaayat selenektomi
penggunaan antibiaotik
2.
DIAGNOSA
I.
Resiko tinggi terhadap infeksi (progesi dari sepsis ke syok
sepsis) berdasarkan prosedur invasif, pemajanan lingkungan (nasokomial).
Intervensi :
1) Berikan isolasi/pantau
pengunjung sesuai indikasi
2) Cuci tangan sebelum
dan sesudah melakukaan aktivitas walaupun menggunakan sarung tangan steril.
3) Dorong penggantian
posisi , nafas dalama/ batuk.
4) Batasi penggunaan
alat/prosedur invasif jika memungkinkan
5) Pantau kecendrungan
suhu
Rasional :
1)
Isolasi luka linen dan mencuci tangan adalah yang dibutuhkan
untuk mengalirkan luka, sementar pengunjung untuk menguranagi kemungkinan
infeksi.
2)
Mengurangi kontaminasi ulang.
3)
Bersihkan paru yang baaik untuk mencegah pnemoniaa
4)
Mencegah penyebaran infeksi melalui proplet udaraa.
5)
Demam ( 38,5OC- 40OC) disebabkan oleh efek dari
endotoksinhipotalkus dan endofrin yang melepaskan pirogen.
II.
Hipertermia berdasarkan peningkatan tingkat metabolisme,
penyakit dehidrasi, efek langsung dari sirkulasiedotoksia pada hipotalamus
perubahan pada reguasi temperataif.
Intervensi :
1)
Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil /
diaporesis.
2)
Pantau suhu linkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur,
sesuai indikasi.
3)
Berikan kompres hangat.
Rasional :
1)
Suhu 38,9OC- 41,1OC menunjukakana proses penyakit
infeksius akut.
2)
Suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankana
sushu mendekati normala.
3)
Dapat membantu mengurangi demam.
III.
Kekurangan volume cairan berdasaarkan peningkataaan jelas padaa
vasodilatif maatif/ kompurtmen vaskuler dan permeabilitas kapiler/kebocvoran
cairan kedalam lokasi interstisial (ruang ketiga)
Intervensi :
1)
Ukur / kadar urine dan berat jenis datat ketidaak seimbangan
masukan dan keluaraan kumulatif dihubungkan dengan berat badan setiapa hari,
dorong masukan cairan oral sesuai toleransi.
2)
Palpasi denyut peripher
3)
Kaji membran mukosaa kering, turgor kulit yang kurang baik, dan
rasa haaus.
4)
Amat odema dependem/ periper pada skrotum, punggung kaki.
Rasional :
1)
Pengurangan dalam sirkulasi volume cairan dapat mengurangi
tekanan darh.
2)
Denyut yang lemah, mudah hilang dapat menyebabkan hipovolemia.
3)
Hipovomelemia/cairan ruang ketiga akan memperkuat tanda tanda
dehidrasi.
4)
Kehilangan cairan dari komparlemen vaskuler kedalam ruangaan
intersilikal akan menyebabkan edema jaringan.
BAB III
KESIMPULAN
A.
KESIMPULAN
Sepsis neonatal adalah
merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama satu
bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur, dan protozoa dapat menyebabkan
sepsis bayi baru lahir. (DEPKES 2007)
a)
Penyebab neonatus
sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus,
parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.
b)
Proses patofisiologi
sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik.
c)
Pelepasan endotoksin
oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium
d)
perubahan ambilan
dan penggunaan oksigen terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan
metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat,
complemen cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya
adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang
mengakibatkan disseminatedintravaskular coagulation (DIC) dan kematian.( Bobak,
2004).
B.
SARAN
a)
Meningkatkan mutu pelayan
kesehatan
b)
Meningkatkan peran perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan
c)
Meningkatkan pofesionalitas
kerja perawat.
DAFTAR PUSTAKA
v Carpenito,
LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktek Klinis, Edisi 6. Jakarta
: EGC.
v Doengoes,
dkk. 1999 .Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta :EGC
v Nelson,
Ilmu Kesehatan Anak ed.15 vol.I.1999.EGC:Jakarta
v Bobak,keperawatn
maternitas ed.4.2004.EGC:Jakarta
DAFTAR ISI
BAB I : TINJAUAN TEORITIS
1.
DEFENISI
2.
ETIOLOGI
3.
PATOFISIOLOGI
4.
MANIFESTASI KLINIS
5.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
6.
PENATALAKSANAAN
7.
KOMPLIKASI
8.
PENCEGAHAN
BAB
II : ASUHAN KEPERAWATA
1.
PENGKAJIAN
2.
DIAGNOSA
3.
INTERVESI
4.
RASIONAL
5.
EVALUASI
BAB
III: KESIMPULAN
1.
KESIMPULAN
2.
SARAN
DAFTAR
ISI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.DENGAN GANGGUAN SEPSIS NEONATORUM
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
1.
MINTARIA NAIBAHO
2.
KASIRIA NDRURU
3.
RAJA YUNUS SINAGA
4.
WARISMAN NDRURU
AKADEMI
KEPERAWATAN RSU HERNA MEDAN
T/A
2012/2013BAB
I
TINJAUAN
TEORITIS
A. DEFENISI
Sepsis adalah sindrome yang di
karakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah,
yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. (Marilynn E. Doenges,
1999).
Sepsis adalah bakteri umum pada aliran
darah. (Donna L. Wong, 2003).
Sepsis neonatorum atau septikemia neonatal didefinisi sebagai infeksi bakteri
pada aliran darah bayi selama empat minggu pertama kehidupan. (Bobak, 2004). Sepsis
adalah infeksi bakteri generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama
kehidupan. (Mary E. Muscari, 2005).
Neonatus sangat rentan karena respon
imun yang belum sempurna. Angka mortalitas telah berkurang tapi insidennya
tidak. Faktor resiko antara lain, prematuritas, prosedur invasif, penggunaan steroid
untuk masalah paru kronis, dan pajanan nosokomial terhadap patogen. Antibodi
dalam kolostrum sangant efeektif melawan bakteri gram negatif, oleh sebab itu,
menyusui ASI memberi manfaat perlindungan terhadap infeksi.
B.
ETIOLOGI
Penyebab neonatus sepsis/sepsis
neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau
jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri :
1. Bakteri escherichia koli
2. Streptococus group B
3. Stophylococus aureus
4. Enterococus
5. Listeria monocytogenes
6. Klepsiella
C. PATOFISIOLOGI
Berespon
menghasilkan panas tubuh
|
|
Gangguan pola nafas
tidak efektis
|
|
Muntah, Diare malas menghisap
|
|
Keseluruhan
tubuh janin hipotalamus
|
|
Masuk
kedalam tubuh janin
|
|
D.
MANIFESTASI
KLINIS
Menurut Arief, 2008, manifestasi klinis dari sepsis
neonatorum adalah sebagai berikut :
1.
Umum : panas
(hipertermi), malas minum, letargi, sklerema
2.
Saluran cerna:
distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
3.
Saluran nafas:
apnoe, dispnue(< 30x/menit), takipnae(>60x/menit), retraksi, nafas cuping
hidung, merintih, sianosis
4.
Sistem
kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi(>
160x/menit), bradikardi(< 100x/menit)
5.
Sistem syaraf pusat:
iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan tidak
teratur, ubun-ubun membonjol
6.
Hematologi: Ikterus,
splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdaraha.
7.
Gejala sepsis yang
terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap,
denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya
dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut
kembung
8.
Gejala dari sepsis
neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya:
9.
Infeksi pada tali
pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar
10.
Infeksi pada selaput
otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang, opistotonus (posisi
tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun
11.
Infeksi pada tulang
(osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau tungkai
yang terkena
12.
Infeksi pada
persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi yang
terkena teraba hangat
13.
Infeksi pada selaput
perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare berdarah.
E.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Pemeriksaan
mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air kemih, jika diduga suatu
meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.
2.
Bila sindroma klinis
mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara menyeluruh. Hal ini
termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan kultur urin :
a.
Leukositosis
(>34.000×109/L)
b.
Leukopenia (<
4.000x 109/L)
c.
Netrofil muda 10%
d.
Perbandingan
netrofil immature(stab) dibanding total (stb+segmen)atau I/T ratio >0,2
e.
Trombositopenia
(< 100.000 x 109/L)
f.
CRP >10mg /dl
atau 2 SD dari normal
Factor-faktor pada masa hematologi :
·
Peningkatan
kerentaan kapiler
·
Peningkatan
kecenderungan perdarahan(kadar protrombin plasma rendah)
·
Perlambatan
perkembangansel-sel darah merah
·
Peningkatan
hemolisis
·
Kehilangan darah
akibat uji laboratorium yang sering dilakukan
F.
PENATALAKSANAAN
1)
Diberikan kombinasi
antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v (dibagi 2
dosis untuk neonatus umur < 7 hari, untuk neonatus umur > 7 hari dibagi 3
dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v
dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain
bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu pemberian ? sampai 1 jam
pelan-pelan).
2)
Dilakukan septic
work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine, lengkap, feses
lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi),
pungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia,
pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).
3)
Pemeriksaan lain
tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas
darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
4)
Apabila gejala
klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan darah dan CRP
normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.
5)
Apabila gejala
klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP tetap
abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau
Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15
mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus). Pemberian antibiotika
diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian antibiotika 10-14
hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal 21 hari.
6)
Pengobatan suportif
meliputi :
Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi
syok, koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi
darah, plasma, trombosit, terapi kejang, transfusi tukar.
G.
KOMPLIKASI
1.
Kelainan bawaan
jantung,paru,dan organ-organ yang lainnya
2.
Sepsis berat :
sepsis disertai hipotensi dan disfungsi organ tunggal
3.
Syok sepsis : sepsis
berat disertai hipotensi\
4.
Sindroma disfungsi
multiorgan (MODS)
5.
Perdarahan
6.
Demam yang terjadi
pada ibu
7.
Infeksi pada uterus
atau plasenta
8.
Ketuban pecah dini
(sebelum 37 minggu kehamilan)
9.
Ketuban pecah
terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)
10.
roses kelahiran yang
lama dan sulit
H.
PENCEGAHAN
a.
Pada masa Antenatal
:
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu
secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita
ibu, asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat
menurunkan kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.
b.
Pada masa Persalinan
:
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.
c.
Pada masa pasca
Persalinan :
Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya,
jaga lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.
BAB
II
ASUHAN
KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN
2.
Aktivitas/istirahat
Gejala: malaise
3.
Sirkulasi
Tanda: tekanan darah normal/sedikit dibawah jangkauan
normal denyut perifer kuat,cepat,takikardia (syok).
4.
Eliminasi
Gejala: diare
5.
Makanan dan Minuman
Gejala: anoreksia, mual, munta
6.
Neurosensori
Gejala: Sakit kepala, pusing, pingsan
Tanda: gelisah, ketakutan
7.
Nyeri / Keamanan
Gejala: abdomiral
8.
Pernafasan
Gejala: tacipnea, infeksi paru, penyakit vital
Tanda: Suhu naik( 39,95OC) kadang abnormal dibawah 39,95OC
9.
Seksualitas
Gejala: puripus perineal
Tanda: magerasi vulvaa – pengeringan vaginal purulen
10.
Penyuluhan
Pembelajaraan
Gejala: masalah kesehatan kronis riwaayat selenektomi
penggunaan antibiaotik
2.
DIAGNOSA
I.
Resiko tinggi terhadap infeksi (progesi dari sepsis ke syok
sepsis) berdasarkan prosedur invasif, pemajanan lingkungan (nasokomial).
Intervensi :
1) Berikan isolasi/pantau
pengunjung sesuai indikasi
2) Cuci tangan sebelum
dan sesudah melakukaan aktivitas walaupun menggunakan sarung tangan steril.
3) Dorong penggantian
posisi , nafas dalama/ batuk.
4) Batasi penggunaan
alat/prosedur invasif jika memungkinkan
5) Pantau kecendrungan
suhu
Rasional :
1)
Isolasi luka linen dan mencuci tangan adalah yang dibutuhkan
untuk mengalirkan luka, sementar pengunjung untuk menguranagi kemungkinan
infeksi.
2)
Mengurangi kontaminasi ulang.
3)
Bersihkan paru yang baaik untuk mencegah pnemoniaa
4)
Mencegah penyebaran infeksi melalui proplet udaraa.
5)
Demam ( 38,5OC- 40OC) disebabkan oleh efek dari
endotoksinhipotalkus dan endofrin yang melepaskan pirogen.
II.
Hipertermia berdasarkan peningkatan tingkat metabolisme,
penyakit dehidrasi, efek langsung dari sirkulasiedotoksia pada hipotalamus
perubahan pada reguasi temperataif.
Intervensi :
1)
Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil /
diaporesis.
2)
Pantau suhu linkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur,
sesuai indikasi.
3)
Berikan kompres hangat.
Rasional :
1)
Suhu 38,9OC- 41,1OC menunjukakana proses penyakit
infeksius akut.
2)
Suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankana
sushu mendekati normala.
3)
Dapat membantu mengurangi demam.
III.
Kekurangan volume cairan berdasaarkan peningkataaan jelas padaa
vasodilatif maatif/ kompurtmen vaskuler dan permeabilitas kapiler/kebocvoran
cairan kedalam lokasi interstisial (ruang ketiga)
Intervensi :
1)
Ukur / kadar urine dan berat jenis datat ketidaak seimbangan
masukan dan keluaraan kumulatif dihubungkan dengan berat badan setiapa hari,
dorong masukan cairan oral sesuai toleransi.
2)
Palpasi denyut peripher
3)
Kaji membran mukosaa kering, turgor kulit yang kurang baik, dan
rasa haaus.
4)
Amat odema dependem/ periper pada skrotum, punggung kaki.
Rasional :
1)
Pengurangan dalam sirkulasi volume cairan dapat mengurangi
tekanan darh.
2)
Denyut yang lemah, mudah hilang dapat menyebabkan hipovolemia.
3)
Hipovomelemia/cairan ruang ketiga akan memperkuat tanda tanda
dehidrasi.
4)
Kehilangan cairan dari komparlemen vaskuler kedalam ruangaan
intersilikal akan menyebabkan edema jaringan.
BAB III
KESIMPULAN
A.
KESIMPULAN
Sepsis neonatal adalah
merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama satu
bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur, dan protozoa dapat menyebabkan
sepsis bayi baru lahir. (DEPKES 2007)
a)
Penyebab neonatus
sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus,
parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.
b)
Proses patofisiologi
sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik.
c)
Pelepasan endotoksin
oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium
d)
perubahan ambilan
dan penggunaan oksigen terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan
metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat,
complemen cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya
adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang
mengakibatkan disseminatedintravaskular coagulation (DIC) dan kematian.( Bobak,
2004).
B.
SARAN
a)
Meningkatkan mutu pelayan
kesehatan
b)
Meningkatkan peran perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan
c)
Meningkatkan pofesionalitas
kerja perawat.
DAFTAR PUSTAKA
v Carpenito,
LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktek Klinis, Edisi 6. Jakarta
: EGC.
v Doengoes,
dkk. 1999 .Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta :EGC
v Nelson,
Ilmu Kesehatan Anak ed.15 vol.I.1999.EGC:Jakarta
v Bobak,keperawatn
maternitas ed.4.2004.EGC:Jakarta
DAFTAR ISI
BAB I : TINJAUAN TEORITIS
1.
DEFENISI
2.
ETIOLOGI
3.
PATOFISIOLOGI
4.
MANIFESTASI KLINIS
5.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
6.
PENATALAKSANAAN
7.
KOMPLIKASI
8.
PENCEGAHAN
BAB
II : ASUHAN KEPERAWATA
1.
PENGKAJIAN
2.
DIAGNOSA
3.
INTERVESI
4.
RASIONAL
5.
EVALUASI
BAB
III: KESIMPULAN
1.
KESIMPULAN
2.
SARAN
DAFTAR
ISI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.DENGAN GANGGUAN SEPSIS NEONATORUM
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
1.
MINTARIA NAIBAHO
2.
KASIRIA NDRURU
3.
RAJA YUNUS SINAGA
4.
WARISMAN NDRURU
AKADEMI
KEPERAWATAN RSU HERNA MEDAN
T/A
2012/2013